Pages

December 27, 2012

[MOVIE REVIEW] The Hobbit: An Unexpected Journey


The last one! For this weekend. :)

Been waiting for this one since last year. How can't I? Setelah tergila-gila dengan trilogi Lord of the Ring (both books and movies), saya menunggu hasil karya berikutnya dari Peter Jackson. Sengaja untuk tidak mengulang buku The Hobbitnya, karena banyak baca review penonton yang nggak puas sama filmnya karena terlalu memanjang-manjangkan bukunya. Sengaja juga film ini ada di urutan paling akhir acara tonton-menonton minggu ini karena katanya bikin ngantuk. Saya sudah sengaja beli cemilan banyak buat ngusir kengantukan yang katanya akan datang melanda.

Eh, turns out rame banget! Ngga ada tuh saya ngantuk sepanjang film. 3D-nya juga bikin filmnya semakin exciting. Seru seru seru.

Ceritanya dimulai dari 60 tahun sebelum pesta ulang tahun Bilbo Baggins dimana Bilbo menghilang yang ada di film "Fellowships of the Ring" itu lho. Pada suatu hari, Bilbo kedatangan 12 tamu kurcaci dan seorang ahli sihir bernama Gandalf. Ternyata rombongan kurcaci ini sedang mencari seorang pencuri untuk membantu mereka merebut kembali kejayaan negeri mereka, Erebor, yang dahulu kala direbut oleh seorang naga rakus bernama Smaug.

Tentu saja Bilbo menolak! Dia bukan pencuri. Akan tetapi Gandalf terus memaksa dengan menceritakan cerita tentang nenek moyang Bilbo yang suka berpetualang. Bilbo masih ragu apalagi ketika membaca kontrak yang dibuat oleh raja kurcaci, Thorin, dimana resiko perjalanan tidak ditanggung. Itu berarti Bilbo belum tentu selamat dari perjalanan. 

Kalau di novelnya sih, penolakan Bilbo nggak selebay di film. Cuma mungkin ini salah satu usaha dari Peter Jackson yang menginginkan satu buku menjadi trilogi. Ada beberapa hal yang tidak ada di buku tapi diceritakan panjang lebar di film. Seperti cerita tentang Penyihir Coklat, Radagast, yang awalnya tidak ada di buku, akan tetapi diceritakan cukup lama di film. Terus hingga tengah buku saya belum menemukan tentang Necromancer, sementara di film sudah diceritakan di beberapa scene. Azog the Defiler juga banyak muncul, terutama adegan pengejaran oleh Warg dan orc-orc lainnya, dimana Radagast mengalihkan perhatian mereka dengan menaiki kelinci-kelincinya yang terkenal cepatnya, sedangkan kalau di buku Azog hanya disebutkan sekilas, dan kelompok kurcaci, Bilbo dan Gandalf tiba di Rivendell tanpa kurang satu apapun.

Salah satu scene yang memorable adalah pertemuan antara Bilbo dan Gollum. Saya deg-degan sekali ketika mereka berdua bermain teka-teki, karena siapa yang tahu apa yang ada di benak Gollum yang licik itu? Walaupun akhirnya Bilbo berhasil melarikan diri karena cincin yang ditemukan di gua Gollum (yang akan memegang peranan penting nantinya di trilogi LOTR), saya penasaran sekali apakah di dua film The Hobbit kedepan akan ada scene dengan Gollum kembali?

Secara cinematography, Peter Jackson berhasil membawakan kembali Middle-earth dan Rivendell. Love every details he brought. Air terjun di Rivendell, ruangan di setiap lubang Hobbit bahkan lebih detail dibandingkan di Lord of The Ring. Gua-gua penuh emas di Erebor. Make up untuk pemeran yang ada di film itu juga masih nomor satu, Elrond digambarkan lebih muda dibanding di LOTR (hello, Hugo Weaving!). Saruman juga masih menjadi Penyihir Putih, dan masih berada di good side.

For me, The Hobbit. 4 of 5. I love watching it in big screen, and 3D definitely won't hurt. Buat yang belum nonton LOTR juga nggak papa nonton film ini, karena film ini merupakan prekuel, tetapi kalo sudah nonton, pasti bakal lebih seru karena ketemu karakter yang udah dikangenin selama beberapa tahun ini. :)

1 comment:

  1. Awal film bener2 mondar-mandir ga fokus, harusnya di-edit lagi nih supaya lebih padat tapi ga kepanjangan bertele-tele.. :(
    tapi overall ane menikmati banget, who doesn’t love Middle-earth?

    ReplyDelete